Senin, 24 September 2007

nDlosor itu biasa...


biasa…

Kalo sebagian besar masyarakat khawatir ketika akan ada kenaikan (kenaikan harga sembako, kenaikan biaya SPP, dan lainnya…) maka ada sebagian bikers yang menjadi grogi ketika menghadapi penurunan… (lho kok?)

Fakta membuktikan bahwa ternyata lebih banyak bikers yang harus ndlosor, tersungkur, golong koming, atau apapun namanya, ketika melewati turunan, dibanding saat menaklukkan bukit atau jalan naik dan tanjakan lain. Gak percaya? Coba aja tanya mereka!
Memang, jatuh saat bersepeda itu bukanlah hal yang aneh bagi para bikers, apalagi yang maniak offroad seperti para anggota BT Community, katanya malah asyik dan merupakan pengalaman yang tak terlupakan. “ndlosor ketika menaklukkan medan sulit itu bumbunya bersepeda gunung…” demikian kata salah seorang ketika menolong kawan lain yang sedang ndlosor. Bahkan tidak jarang banyak kawan-kawan yang malah ngakak ketika ada bikers lain yang terjatuh (dan langsung bangkit berdiri), bukan maksudnya ‘bersenang-senang diatas penderitaan orang lain’ tapi justru untuk menyemangati, dan seolah mereka bilang… “ wis gak opo-opo, kodok’e wis mlayu…” (ha..ha..ha…)

Kenapa banyak yang jatuh ketika melalui medan turunan dibanding medan tanjakan? Karena memang medan turunan jauh lebih sulit ditaklukkan. Katanya, untuk melalui tanjakan cukup dibutuhkan stamina dan kekuatan, kalo gagal (gak kuat) paling-paling TTB (tuntun bike). Tapi untuk menaklukkan turunan dibutuhkan keahlian/ketrampilan, keseimbangan, ketenangan dan keyakinan. Kalo gak berhasil … ya ndlosor. “Kalo ragu-ragu mending gak usah…” demikian sering saya dengar nasehat para senior.

Frend, ternyata kegagalan menghadapi turunan ini bukan hanya banyak terjadi dalam bersepeda gunung saja, dalam kehidupan sehari-hari hal ini juga sering terjadi. Coba kita amati, banyak orang yang berhasil mulus ketika mendapatkan kenaikan pangkat, kenaikan jabatan, kenaikan gaji, dan naik naik yang lain. Tapi sebaliknya, tidak sedikit diantara mereka yang gagal ketika harus turun tahta, pensiun, diPHK, dan lain lain. (semoga kita tidak tergolong yang seperti itu)

Kalo sebagai pesepeda gunung kita harus siap menghadapi berbagai medan tantangan dan yakin bisa menaklukkannya, maka dalam kehidupan yang lebih luas kita juga harus siap menghadapi semua medan tantangan dan persoalan hidup dan kehidupan, baik yang enak dan menyenangkan maupun yang sulit dan menyedihkan termasuk harus siap menghadapi ‘turunan’. Dan -seperti halnya ketika bersepeda- bekal yang harus kita bawa antara lain adalah keseimbangan, ketenangan, keyakinan dan tawakal.

Oke frend, segini aja dulu ya, tak lupa saya sampaikan SELAMAT MEMUNAIKAN IBADAH PUASA RAMADHAN 1428 H. Semoga amal ibadah kita mendapat ridlo Allah SWT. Amin.
Mohon maaf kalo ada salah-salah kata ya.... (Handoko)

Tidak ada komentar: