Sabtu, 20 Maret 2010

Telur Ayam Bisa Menunda Pikun dan Bebas Kolesterol

Sudah lama ada mitos di masyarakat bahwa jika kita makan telur ayam, kita sama saja dengan makan kolesterol dalam jumlah banyak. Akibatnya, kandungan kolesterol di dalam darah bakal meningkat dan bisa menyebabkan penyakit jantung koroner.
Mitos ini dipatahkan oleh Dokter Riani S. Budiharsana, N.M.D. "Mitos itu salah karena sesungguhnya telur ayam tidak mengandung kolesterol, melainkan mengandung protein dan lecithin yang tinggi, asalkan cara makannya dilakukan dengan benar," katanya dalam sebuah kesempatan, baru-baru ini.
Menurut ahli naturopati ini, makan telur yang baik adalah dengan cara direbus setengah matang atau dimakan mentah. "Kuning telur mengandung satu zat yang disebut lecithin sejenis vitamin suplemen yang kalau dimakan justru bisa menurunkan kolesterol. Kuning telur full lecithin, tetapi yang perlu diperhatikan adalah cara masaknya," katanya.
Telur kalau dimakan mentah, atau dimasak setengah matang, atau direbus, tidak akan menimbulkan kolesterol. "Jangan dimasak dengan panas yang tinggi, semisal digoreng, karena lecithinnya hilang dan berubah menjadi kolesterol," kata Riani, ibu dua anak asal Bandung yang kini tinggal di Jakarta. la adalah dokter ahli naturopati, sebuah ilmu kedokteran yang melakukan pengobatan secara natural, menghindari obat-obatan kimiawi. Ilmu ini baru berkembang beberapa tahun terakhir di Indonesia.

Jadi, menurut Riani, tidak benar kalau seseorang dilarang makan telur, tetapi ia tetap makan makanan lain seperti roti, donat, dan makanan olahan lainnya karena kandungan kolesterolnya di dalam darah tidak akan turun. la menganjurkan agar makan telur 2 butir sehari dengan cara masak yang betul karena baik untuk kesehatan, termasuk bisa menunda pikun sampai 6 tahun.
Saat ini, menurut Riani, ada telur ayam yang bebas residu antibiotik (BRA) yang berwarna hijau (bukan kemerah-merahan seperti telur ayam pada umumnya). "Karena telur ini sudah dinyatakan bebas residu antibiotik, berarti aman untuk dikonsumsi manusia. Tubuh kita akan bebas antibiotik," kata Riani. Telur BRA ini berhasil dikembangkan oleh seorang peternak otodidak di Bogor, Okky Haryanto, dan sudah diuji oleh Laboratorium Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Indonesia dan oleh Balai Pengujian Mutu Produk Ternak (BPMPT).

Riani S. Budiharsana menjelaskan, di peternakan milik Okky itu, jika ada ayam yang sakit, ayam itu tidak diobati dengan cara disuntik antibiotik (membunuh kehidupan), melainkan dikarantina dan diberi probiotik (memberi kehidupan). Kalau ayam sakit diberi antibiotik berarti ada virus yang mati, sedangkan jika diberi probiotik maka imun system si ayam sendiri yang berkelahi dengan virus yang menyebabkan dia sakit. Kalau ayam sudah sehat, disatukan lagi dengan teman-temannya dan bisa bertelur kembali sehingga telurnya itu sehat, tidak ada antibiotiknya.

Dengan sistem pengobatan itu, virus yang sakit tidak dibunuh, tetapi diberikan probiotik, suatu zat alami atau bakteri yang menguntungkan seperti bibit yoghurt. Kalau dia menang, ayamnya akan sembuh kembali, sedangkan virusnya mati secara alami karena kalah.
"Jadi, kalau ayam yang sakit disuntik dengan antibiotik sama saja dengan manusia yang makan antibiotik yang ada residunya. Pasti buang air besar pun ada antibiotiknya. Kalau pada ayam, akan ada telur yang ada residunya. Residu inilah yang berbahaya bagi kesehatan," tutur Riani. Pakan ayam itu juga bebas antibiotik dan residu karena sebelum diberikan kepada ayam, dipanaskan terlebih dahulu sampai dengan 150 derajat celcius.

Riani mengatakan, telur mentah dicampur dengan madu bagus untuk kesehatan, asalkan telur ayam kampung, apalagi kalau telur itu bebas residu antibiotik. Telur juga baik untuk bayi, asalkan tidak diberikan kepada bayi yang baru lahir, melainkan untuk yang berusia sebulan lebih. Telur kuningnya dicampur dengan susu karena di telur ada ekstiplifit yang berguna untuk pertumbuhan sel otak. Selain itu bisa menunda pikun selama 5 sampai 6 tahun. "Bayi tidak berbahaya makan telur dan jangan percaya kalau makan telur bisa mengakibatkan bisulan. Bisul mungkin disebabkan oleh makanan lain," katanya, karena ia juga memberikan telur pada anaknya sejak masih bayi.

Orang yang berpenyakit jantung sebenarnya boleh mengonsumsi telur. Ada penelitian di Purdue University, AS, yang dilakukan oleh Dr. A.J. Ismail bahwa 156 laki-laki yang makan telur tiap hari terbukti tidak mengalami peningkatan kolesterol dalam darah, apalagi kalau orang itu aktif olah raga.
Di samping itu, menurut Riani, seorang lelaki Mesir bernama Ibrahim El Korimy yang secara ekstrim makan telur 10 butir setiap hari, bisa berusia panjang sampai 160 tahun. Lelaki ini, selain gemar makan telurjuga dua kali seminggu berjalan kaki 6 mil setiap hari dari rumahnya di desa untuk beli makanan di kota. la jarang sakit.

Tidak ada komentar: